Jari Putus, Apa Bisa Disambung Lagi?

HUMAS - RSUP Fatmawati

Thursday, 26 September 2024 10:37 WIB

Responsive image

Gambar dari HUMAS RSUP Fatmawati

Meski terdapat prosedur yang memungkinkan penyambungan kembali jari yang putus, tapi penanganan pertama menjadi faktor sangat penting agar tindakan ini menjadi optimal. Seperti halnya benda lain, anggota tubuh manusia pun dapat terputus. misalnya saja jari. Umumnya, kasus jari putus disebabkan oleh cedera remuk (crushed injury) akibat benda tumpul atau tidak tajam (terhimpit, tertindih, terjempit lalu tertarik, atau tercabut. Putus jari juga dapat disebabkan oleh diabetes (kencing manis) atau penyakit pembuluh darah. Atau, bisa juga akibat dari merokok maupun kurang gizi. Dan ketika insiden putus jari terjadi, tak jarang seseorang (juga orang-orang di sekitarnya) akan mengalami kepanikan. Histeris yang mungkin saja ditambah dengan berbagai pikiran buruk yang seketika muncul di dalam pikiran. Tak heran, melihat ada anggota tubuh yang terpisah dari lainnya merupakan pemandangan yang sangat tidak menyenangkan. Dan tentu setiap orang tidak ingin mengalami hal ini. Satu kabar baik, jari putus masih mungkin untuk disambung kembali melalui replantasi. Replantasi sebenarnya tidak hanya dapat dilakukan untuk kasus jari putus. Secara umum, tindakan medis ini merupakan prosedur yang dilakukan untuk menyambung kembali bagian tubuh yang terputus, bisa jari, tangan, kaki, atau lainnya. Namun, tindakan medis ini perlu didahului dengan langkah-langkah penanganan awal yang tepat untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilannya. Penanganan awal yang keliru akan memperkecil kemungkinan keberhasilan replantasi sesuai yang diharapkan. Karenanya, penting untuk menerapkan hal-hal berikut ketika mengalami atau melihat insiden putus jari. Pertama, tetap tenang dan segera menghubungi bantuan medis terdekat. Dalam kasus jari putus, semakin cepat korban tertangani oleh tenaga medis, semakin besar peluang keberhasilan tindakan penanganan yang dilakukan. Pasalnya, saat jari terputus, jaringan tubuh akan mengalami kekurangan suplai darah. Asupan oksigen dan nutrisi yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi serta kelangsungan hidup jaringan tersebut pun menjadi terganggu. Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal dengan sebutan iskemia. Dengan dilakukannya tindakan ini, diharapkan anggota tubuh yang putus, termasuk jari, tidak hanya dapat kembali menyatu tapi juga berfungsi seperti sedia kala, bahkan semaksimal mungkin diupayakan bahwa sambungan pada bagian yang putus tidak terlalu terlihat sehingga terkesan bagian tubuh itu tidak pernah terpisah. Dalam kasus jari putus, dikenal dua jenis iskemia : Iskemia hangat (warm ischemia), ketika jari yang terputus dibiarkan pada suhu tubuh atau ruangan tanpa pendinginan (jari putus tetap dalam kondisi ‘hangat’ tanpa suplai darah). Pada kondisi ini, jari putus umumnya hanya dapat bertahan sekitar 6 jam. Lewat dari durasi itu, risiko kerusakan permanen akan meningkat secara signifikan, dan kemungkinan keberhasilan replantasi akan menurun. Iskemia dingin (cold schemia), ketika jari yang terputus disimpan dalam kondisi dingin, biasanya dibungkus dengan kain bersih yang lembab dan ditempatkan di dalam kantung plastik yang berisi es. Dalam kondisi ini, jari putus dapat bertahan sekitar 12 hingga 24 jam. Suhu yang rendah memperlambat proses kerusakan jaringan sehingga memberikan waktu tambahan untuk tindakan replantasi. Kedua, selekasnya melakukan usaha untuk menghentikan pendarahan. Tekan bagian tubuh yang terluka menggunakan kain bersih atau perban sehingga pendarahan dapat terhenti. Untuk kasus dengan pendarahan yang hebat, bisa dilakukan dengan menggunakan tourniquet atau pengikat pada area di atas luka. Tujuan penanganan ini adalah untuk mengontrol pendarahan, jaga agar jangan sampai ikatan terlalu kencang yang menyebabkan aliran darah berhenti secara total. Berikutnya, usahakan untuk mencuci bagian jari yang terputus menggunakan air bersih atau larutan saline. Hal ini untuk menghilangkan kotoran yang mungkin menempel, baik ketika terjadinya insiden maupun setelah terpisah dari tubuh. Tapi penting untuk diingat, jangan sampai menggosok atau menghilangkan jaringan yang rusak. Cukup cuci agar bersih dari kotoran. Selain itu, jangan pula menjahit bagian jari yang putus. Setelah dicuci, jari yang putus lalu dibungkus menggunakan kain atau kasa yang bersih dan lembab. Pembungkusan pun diusahakan jangan terlalu ketat. Kemudian, tempatkan bungkusan yang berisi jari terputus ini ke dalam kantung plastik atau wadah kedap udara, dan pastikan tertutup dengan rapat. Kantung plastik atau wadah kedap udara ini lalu dimasukkan ke wadah yang lebih besar, yang sudah diisi dengan es atau air dingin. Ingat, ya, jangan sampai menaruh jari putus di atas es atau air dingin tanpa pembungkus. Suhu yang terlalu dingin bisa membuat jaringan pada jari yang putus menjadi rusak. Yang terakhir, ketika bantuan medis datang atau tiba di pusat kesehatan, sampaikan informasi selengkap-lengkapnya, mulai dari waktu kejadian, proses terjadi insiden, serta usaha-usaha yang dilakukan sebagai penanganan awal. Informasi ini akan sangat berguna bagi tenaga medis ketika akan melakukan tindakan replantasi. Pasca replantasi, diperlukan observasi ketat oleh tim medis serta program rehabilitasi medik untuk pengembalian fungsi yang membutuhkan motivasi kuat dari pasien, support system yang baik dari keluarga dan rekan, serta terapi okupasi yang optimal. Apabila bagian tubuh pada akhirnya dilakukan amputasi, bagian tubuh dapat diganti dengan prostesis (jari/tangan palsu) baik untuk fungsional (dapat bergerak dan melakukan aktivitas) ataupun untuk kebutuhan kosmetik. Pemilihan prostesis fungsional bervariasi mulai dari sistem sederhana (manual) hingga pengunaan teknologi robotik yang dinamakan dengan bionik.